Karena Muludan
Jika kita seorang guru yang mengajar di sekolah pinggiran di mana adat masih kental, maka kita harus banyak memaklumi bila ada siswa kita meninggalkan sekolah karena mengikuti adat tersebut.
Pernah ada seorang guru datang ke satu kelas untuk mengajar, ketika masuk dia kaget melihat kelasnya hanya ada 20 siswa dari 32 siswa, tapi dia tetap tenang kemudian duduk di kursinya..
Dibukalah buku absensinya, srek, lalu dia mulai mengabsen siswanya. “Andika “, “Hadir Pak”, “Anjel”, “Hadirah Pak”, “Efril”, “Hadirah Pak”, “Saeful”,”Tidak Hadir” Sahut temannya. “kenapa” tanya gurunya, “Ikut Muludan Pak” jawab temanya..”Haaaa? kenapa ikut muludan sampai tidak berangkat sekolah”.. iya pak soalnya disuruh orang tuanya karena Berkatnya seember Besar pak, lumayan bisa buat mengurangi jatah makan pak”.. Gubrak..guru tersebut hanya senyum-senyum sendiri.
Lebih sayang motor ketimbang anak
Ketika dalam pembelajaran, seorang guru bertanya kepada siswa-siswanya untuk mengetahui kedekatan anak dengan orang tuanya..
“anak-anak, orang tua kalian sayang ga sama kalian? Tanya guru tersebut. Lalu ramailah kelas dengan jawaban anak yang saling bersahutan, “ sayang lah pak, aneh bapak ini tanyanya” sang guru Cuma tersenyum..kemudian guru tersebut melihat ada anak yang terdiam murung tidak menjawab. Bertanyalah guru tersebut kepada anak yang diam tadi “ Kenapa kamu kelihatan murung?”, Si anak menjawab dengan nada agak kesal “Orang tua saya ga sayang sama saya pak!”, “lho kok bisa” guru tersebut bertanya dengan rasa penasaran.”iya pak, masa ketika saya jatuh dari motor, ayah saya bilang gini, kenapa motornya rusak dan lecet gitu?..coba pak, kenapa yang ditanyain motornya dulu bukan anaknya, berarti kan orang tua saya ga sayang sama saya!”…sang guru cuma geleng geleng kepala sambal senyum simpul.
Jadi untuk para orang tua, berikanlah perhatian kepada anak-anak kalian walaupun Cuma bertanya bagaimana kondisimu nak.